Di Indonesia, kulit merupakan salah satu bahan mentah yang cukup melimpah, yang digunakan sebagai bahan utama dalam industri perkulitan dan karya seni. Kulit dapat diolah menjadi perkamen atau kulit bahan dan ada yang disamak sehingga menjadi kulit jadi. Industri kulit mulai berkembang di Indonesia sejak tahun 1970-an. Seiring perkembangan zaman termasuk meliputi perkembangan usaha industri, teknologi konvensional pun perlahan mulai ditinggalkan dan beralih pada teknologi yang lebih modern.
Tumbuh suburnya industri perkulitan dan kriya kulit di Indonesia didukung oleh berbagai faktor yang salah satunya adalah pertanian dan peternakan. Industri perkulitan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu industri perkulitan yang menggunakan bahan baku kulit perkamen, dan industri perkulitan yang menggunakan bahan baku kulit tersamak (kulit jadi).
Pada umumnya, usaha kerajinan kulit kulit merupakan usaha skala industri kecil. Tiap pengusaha umumnya memiliki karyawan sebanyak 10 sampai 40 pengrajin yang ahli dalam pembuatan berbagai macam produk kulit. Produk yang dihasilkan industri ini umumnya memiliki kualitas sangat baik dan diterima baik pula di pasaran. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), terdapat beberapa kriteria yang dipergunakan untuk mendefinisikan pengertian dan kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Usaha Mikro memiliki aset maksimum Rp 50 Juta dan omzet maksimum Rp 300 Juta. Usaha Kecil memiliki aset antara Rp 50 Juta hingga Rp 500 Juta, dan omzet antara Rp 300 Juta hingga 2,5 Miliar. Usaha Menengah memiliki aset antara Rp 500 Juta hingga Rp 10 Miliar, dan omzet antara Rp 2,5 Miliar hingga Rp 50 Miliar.
Untuk industri kerajinan tas kulit, pola pembiayaan yang digunakan umumnya adalah dengan kredit perbankan. Pihak bank biasanya membedakan pembiayaan untuk industri kecil dan besar. Pembiayaan bank hanya untuk modal kerja sedangkan untuk investasi para pengusaha menggunakan modal sendiri. Hal ini terjadi karena masih sulitnya untuk meminjam kredit investasi dari bank. Pihak bank pun terkesan sangat hati-hati untuk memberikan kredit investasi bagi pengusaha kecil. Kredit investasi baru akan diberikan jika pengusaha memiliki agunan yang memadai dan pihak bank mengenal dengan baik karakter pengusaha tersebut. Kredit diberikan sebagai kredit modal kerja.
Pengrajin atau pengusaha kerajinan tas kulit yang memperoleh kredit umumnya telah menjalankan usaha cukup lama, sehingga bank memperoleh informasi yang cukup mengenai karakter dan kemampuan pengusaha. Dalam penilaian kredit ini, pihak bank menggunakan kriteria 5C yaitu Capital, Capacity, Collateral, Character, dan Conditions. Dari kelima kriteria tersebut bank akan memprioritaskan pada penilaian karakter dan agunan yang dimiliki pengusaha calon debitor. Karakter yang meliputi keuletan pengusaha sangat menentukan keberlangsungan usaha, sedangkan agunan sebagai jaminan bagi bank jika pengusaha tidak dapat mengembalikan kredit.
Saat ini, pemerintah kerap mengadakan program-program yang memberikan kesempatan pada pengusaha kecil untuk berkembang. Begitu pula dengan sektor perbankan, terdapat bank-bank pemerintah yang cenderung memberi kemudahan bagi pengusaha kecil agar mendapatkan fasilitas kredit. Selain dengan kredit perbankan, usaha kecil seperti industri kerajinan tas kulit ini juga dimungkinkan untuk memperoleh pembiayaan melalui lembaga lain seperti leasing atau kerjasama dengan investor. Pola-pola pembiayaan tersebut dapat dipilih dengan sebelumnya menentukan karakteristik perusahaan tersebut dengan bantuan analisis SWOT, untuk kemudian dipilih lembaga mana yang paling tepat untuk pembiayaannya.
Dalam tulisan ini, akan dicari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki dan dihadapi oleh perusahaan yang bergerak di bidang industri kecil tas kulit melalui aspek-aspek yang berkaitan dengan pendirian dan operasional perusahaan. Setelah itu, barulah kemudian dicari pola pembiayaan mana yang cocok dengan perusahaan tersebut berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan.
DESKRIPSI SINGKAT PERUSAHAAN
Nama perusahaan : cv. Kriya Bagia
Bidang Usaha : Industri Kerajinan Tas Kulit
Tujuan : Untuk memperoleh tambahan modal guna diversifikasi usaha melalui sarana pembiayaan yang ideal
Lokasi usaha : Jalan Caringin Bandung
Lama usaha : 1 tahun.
ANALISIS SWOT PERUSAHAAN INDUSTRI KECIL KERAJINAN TAS KULIT BERDASARKAN ASPEK-ASPEK TERKAIT
Mengenai usaha industri kerajinan tas kulit yang dibahas di sini adalah usaha skala kecil atau usaha kecil. Adapun pada umumnya usaha kecil memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi.
- Rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga formal sehingga cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau sumber-sumber lain.
- Sebagian usaha kecil ditandai dengan belum dipunyai nya status badan hukum.
- Dilihat dari golongan industri tampak bahwa hampir sepertiga bagian dari seluruh industri kecil bergerak pada kelompok usaha industri.
Usaha kerajinan tas kulit berskala industri kecil dalam perkembangannya akan menemui hambatan yang berkaitan dengan aspek pembiayaan perusahaan. Terkait dengan pembiayaan perusahaan maka perlu diperhatikan aspek-aspek yang terkait dengannya, yang dalam praktiknya dapat bersifat variatif, yakni aspek hukum yang salah satunya berkaitan dengan masalah perizinan usaha, aspek sumber daya alam (SDA) yang berkaitan dengan sumber dihasilkannya bahan baku utama pembuatan tas kulit yakni kulit hewan-hewan besar, aspek sumber daya manusia (SDM), aspek ekonomi, aspek pemasaran, aspek sosial, aspek teknologi yang berkaitan dengan metode produksi tas kulit.
Dalam menganalisis suatu perusahaan secara keseluruhan, untuk kemudian diidentifikasi hal-hal apa yang dapat menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, sehingga dapat diambil suatu keputusan solusi yang tepat dalam hal ini mengenai pembiayaan perusahaan. Untuk usaha kecil yang bergerak dalam bidang industri kerajinan tas kulit, terlebih dahulu dikaji mengenai aspek-aspek perusahaan dengan penilaian berikut ini:
- Aspek Hukum = 5
Dari segi hukum, perusahaan yang bergerak di bidang industri kerajinan tas kulit harus menghadapi persoalan perizinan, perpajakan, dan hubungan hukum atas kerjasama dengan pihak-pihak lain. Mengenai perizinan, pengusaha kecil biasanya tidak dihadapkan dengan perizinan serumit perusahaan besar, namun karena faktor SDM intelektual yang terkadang kurang optimal, pengusaha kecil pula kerap mengalami kendala. Mengenai perpajakan, usaha kecil relatif tidak memiliki kerumitan dan besaran pajak yang tinggi sebagaimana yang dihadapi oleh pengusaha besar.
Adapun mengenai jalinan kerjasama dengan pihak-pihak lain yang umumnya dilakukan dengan perjanjian, masih menjadi kendala bagi pengusaha kecil. Sama halnya dengan masalah perizinan, kurangnya SDM intelektual yang kompeten kerap menyebabkan pengusaha kecil menjadi korban ketidakseimbangan antar para pihak dalam perjanjian, bahkan seringkali kerjasama-kerjasama tidak dilakukan dengan perjanjian tertulis dan dapat menimbulkan kerugian bagi pengusaha kecil, termasuk bagi pengusaha industri kerajinan tas kulit yang dalam operasionalnya harus menjalin kerjasama dengan pengrajin yang umumnya merupakan pengrajin rumahan, produsen kulit, investor, dan bahkan pemerintah.
2. Aspek SDA = 8
Bahan baku utama yang digunakan adalah kulit. Kulit yang digunakan berasal dari hewan besar seperti sapi dan kambing. Kulit yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan produk kulit terbagi dalam beberapa macam, seperti kulit blank, kulit vachet, kulit mebel, kulit halus, dan kulit reptil.
Untuk mendapatkan kulit, CV. Kriya Bagia tidak memiliki kesulitan untk mendapatkannya karena dekat dengan sentra bahan kulit Cibaduyut.
Untuk bahan baku atau SDA ini mudah diperoleh karena banyak peternakan di Indonesia sehingga kami memberikan nilai 8 untuk aspek SDA ini.
3. Aspek SDM = 4
Tenaga kerja pada usaha kerajinan tas kulit ini terbagi menjadi dua. Yaitu pengrajin dan manajemen (termasuk di dalamnya adalah pengusaha pengrajin). Sementara pekerja adalah keluarga dari pengrajin yang membantu dalam proses produksi. Para pekerja ini tidak dibayar karena mereka dihitung sebagai bagian dari penghasilan pengrajin. Pekerja ini ada lebih sebagai proses pembelajaran untuk menghasilkan generasi pengrajin berikutnya.
Tenaga kerja yang dimiliki oleh pengusaha industri tas kulit di berkisar antara 10-40 orang. Status para pengrajin ini terikat pada satu pengusaha. Mereka menghasilkan produknya di rumahnya masing-masing. Kelebihan metode ini adalah setiap pengrajin bisa memanfaatkan tenaga yang ada di keluarganya untuk membantu menghasilkan produk tersebut. Dengan cara ini terjadi transfer yang baik kepada generasi berikutnya di dalam rumah pengrajin sehingga kesinambungan sumber daya manusia yang ahli dalam pembuatan produk-produk dari kulit ini akan tetap terjamin. Peran dari pengusaha pengrajin adalah menyediakan bahan baku, bahan pembantu, dan juga alat-alat yang dipakai para pengrajinnya.
Untuk saat ini, omset terbesar yang diperoleh pengusaha tas kulit berasal dari pesanan. Dalam proses produksi kesehariannya, para pengrajin memproduksi berdasarkan target dari pengusahanya. Pengusaha yang menerima pesanan dalam jumlah besar, menawarkan kepada para pengrajinnya kuantitas yang mampu diproduksi dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Kemudian, pengusaha akan menyediakan semua bahan yang diperlukan sesuai dengan jumlah produk yang mampu dihasilkan tersebut. Cara pengusaha melakukan kontrol terhadap pengrajinnya dan penggunaan bahan baku adalah dengan membandingkan kuantitas bahan baku yang digunakan dengan jumlah produk yang dihasilkan. Selain itu, setiap hari pengrajin akan berkeliling ke rumah-rumah pengrajinnya untuk mengawasi proses produksi, melihat hasil yang telah dicapai pengrajinnya dan menilai kualitas produk yang dihasilkan. Upah pengrajin diberikan berdasarkan jumlah produk yang ia hasilkan.
Untuk mengerjakan pesanan tas kulit memerlukan keterampilan tangan dan keuletan. Seringkali pemesan memesan model produk yang cukup sulit atau pengusaha mewajibkan industrinya memproduksi produk dengan model yang bervariatif dan inovatif sehingga membutuhkan desainer untuk merancang model produk. Untuk ukuran industri kecil tentu susah untuk mendapatkan SDM yang berkualitas dengan upah yang sedang, maka kami memberikan nilai 4 untuk aspek SDM.
4. Aspek Ekonomi = 7
Kami memberikan nilai 7 untuk aspek ekonomi karena produk tas kulit saat ini masih memiliki peluang pasar yang sangat luas sehingga dapat meraup keuntungan yang besar. Untuk menciptakan peluang-peluang pasar yang baru, para pengrajin industry sepatu kulit juga sering mengadakan acara yang bertujuan untuk memperkenalkan produknya pada konsumen, dalam bentuk promosi secara langsung menggunakan brosus atau lewat internet, mengadakan pameran bersama, atau melalui bursa pasar murah produk dan juga pameran belanja dalam rangka memperingati hari-hari besar nasional.
5. Aspek Pemasaran = 5
Pemasaran produk industri kulit pada umumnya dibedakan dalam dua bentuk yaitu:
- Penjualan langsung, baik melalui toko-toko, konter, ataupun melalui agen-agen dari pengusaha yang bersangkutan.
- Melalui pesanan.
Proses pemasaran dimulai dari pilihan konsumen. Konsumen yang dalam hal ini adalah pemesan memilih salah satu desain produk atau juga bisa juga memiliki desainnya sendiri kemudian memesan produk pada pengrajin. Jika pesanan dalam jumlah besar, maka pengrajin akan membuat model terlebih dahulu dan kemudian diberikan kepada pemesan untuk melihat hasil tersebut. Jika pemesan cocok, maka akan dibuat kontrak untuk menyelesaikan seluruh pesanan. Dalam memilih merk, pemesan juga bisa memilih untuk menggunakan merk dari pengrajin (beberapa pengrajin memiliki merk sendiri dan telah dipatenkan), tanpa merk, atau juga bisa menggunakan merk si pemesan sendiri. Produk yang telah selesai bisa diambil pemesan atau juga bisa diantarkan oleh pihak pengrajin. Ongkos kirim bisa ditanggung pemesan, atau dibebankan pada harga pokok produksi.
Untuk penjualan langsung ternyata kurang memberikan keuntungan karena tidak cepat laku. Omset terbesar di dapat dari pesanan.
Dalam hal lokasi untuk menunjang pemasaran, industri ini berlokasi di tempat yang dekat dengan sentra penjualan kulit bahan akan tetapi relative jauh daripusat kota.
Data mengenai besarnya permintaan pasar produk tas kulit di Indonesia, baik permintaan dalam maupun luar negeri, masih cukup sulit. Masalah pemasaran saat ini yang dihadapi para pengrajin tas kulit adalah berkurangnya minat masyarakat terhadap produk dari kulit karena harganya yang relatif mahal. Konsumen cenderung memilih produk dari kulit imitasi atau dari campuran antara kulit dengan imitasi karena harganya lebih murah. Secara umum, permasalahan pemasaran usaha kecil adalah kemampuan yang masih lemah untuk menembus pasar luar negeri. Industri tas kulit pun mengalami masalah yang sama. Untuk aspek pemasaran ini, kami memberikan nilai 5.
6. Aspek Sosial = 8
Dilihat dari aspek ekonomis, keberadaan usaha industri tas kulit dapat membawa dampak positif pada masyarakat sekitarnya. Bagi individu yang memiliki kemampuan manajerial, keahlian, serta modal yang mencukupi berhasil meneruskan dan mengembangkan kemampuan turun-temurun dalam pembuatan kerajinan tas kulit. Untuk anggota masyarakat sekitarnya juga memperoleh dampak positif baik penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan.
Semua hal tersebut berpengaruh pada kenaikan taraf hidup bagi masyarakat sekitar dan juga memberikan ikatan sosial yang baik. Ikatan ini terbentuk karena kesamaan profesi serta tradisi dan semangat untuk bersama-sama meningkatkan kualitas hidup bersama.
7. Aspek Teknologi = 7
Teknologi pembuatan tas kulit adalah suatu cara atau teknik pembuatan barang jadi tas kulit dengan menggunakan media/bahan yang berasal dari kulit menjadi produk yang memiliki nilai lebih. Teknologi yang digunakan oleh para pengrajin tas kulit disini masih cukup sederhana terbagi dalam dua cara yaitu menggunakan mesin dan manual.
Teknologi ini masih bisa dikembangkan dengan cara menggunakan mesin-mesin yang bisa memproduksi dengan lebih cepat yang digunakan untuk mengerjakan pesanan dalam jumlah besar. Namun untuk saat ini, yang lebih perlu untuk dikembangkan adalah teknologi desain, karena kelemahan pengrajin saat ini adalah kemampuan inovasi desain yang relatif kurang.
Secara umum teknologi pembuatan tas kulit dibedakan menjadi dua:
a. Cara Manual.
Ini adalah teknik membuat produk kulit yang dikerjakan oleh manusia secara sederhana dengan tangan dan mesin non-elektrik. Bahan baku kulit yang digunakan umumnya adalah samak nabati. Kelemahan dari cara ini adalah proses produksinya memakan waktu lama.
b. Cara mesin/mekanis.
Ini adalah teknik membuat produk kulit yang dilakukan oleh manusia menggunakan mesin elektrik. Pada umumnya menggunakan kulit samak chrom. Teknologi ini lebih banyak dilakukan di pabrik-pabrik dengan skala menengah-besar.
Pada umumnya peralatan yang digunakan oleh para pengrajin kulit (industri kecil) ini masih sangat sederhana. Mesin utama yang digunakan oleh setiap pengrajin adalah mesin jahit. Dengan mesin ini para pengrajin mampu memproduksi berbagai jenis produk. Terdapat mesin jahit khusus untuk pembuatan tas (flatbed). Namun para pengrajin tas kulit juga bisa menggunakan mesin jahit tangan untuk kain dengan sedikit modifikasi. Mesin yang lain seperti mesin seset digunakan untuk menipiskan bagian-bagian kulit yang akan disambung satu dengan yang lain, mesin jahit postbed digunakan untuk menjahit bagian-bagian yang sulit seperti sudut-sudut tas, serta mesin stamping yang digunakan sebagai pencetak merk pada proses finishing. Selain mesin-mesin tersebut, diperlukan peralatan seperti pisau kulit, pisau seset, gunting, pensil, penggaris, jarum tangan, plong, serta palu. Sedangkan alat bantu utama lainnya adalah meja potong dan meja gambar.
Semua peralatan tersebut disediakan oleh pengusaha pengrajin pada para pengrajinnya. Untuk aspek teknologi, karena tidak terlalu modern namun juga tidak terlalu rumit dalam proses produksinya, nilai yang diberikan ialah 7.
Dalam bentuk tabel, penilaian sesuai aspek-aspek tersebut adalah:
Aspek Hu- kum |
SDM |
SDA |
Ekonomi |
Pema- saran |
Sosial |
Tekno- logi |
||
Nilai |
5 |
4 |
8 |
7 |
5 |
8 |
7 |
|
S (40) |
32 |
32 |
2800 |
|||||
W(30) |
28 |
28 |
2100 |
|||||
O (20) |
20 |
16 |
20 |
1400 |
||||
T (10) |
700 |
|||||||
Jum- lah |
100 |
64 |
256 |
196 |
100 |
256 |
196 |
1168 |
Jika digambarkan dalam diagram analisis SWOT, maka tampak sebagai berikut:
Keterangan:
30-40 = S (strengths)
20-30 = W (weaknesses)
10-20 = O (opportunities)
0-10 = T (threats)
Dari analisis di atas maka dapat kita ketahui bahwa nilai keseluruhan dari aspek-aspek terkait dengan perusahaan ialah 1168. Nilai 1168 tersebut berarti bahwa perusahaan tersebut berada di range 10-20 atau termasuk O (opportunities) dalam analisis SWOT.
Adapun mengenai lembaga pembiayaan untuk memperoleh tambahan modal, dapat diberikan penilaian atas karakteristik peluangnya dari kisaran angka 1 sampai dengan 10, dihadapkan dengan kualitas CV. Kriya Bagia sebagai industri kecil kerajinan tas kulit, dapat dilihat gambarannya dalam tabel berikut:
Nilai Karakteristik Lembaga Pembiayaan terhadap Industri Kecil
NILAI |
KARAK-
TERIS-TIKHukumSDMSDAEko
NomiPema
saranSosialTek
nolo
giJum
lahBank835656639Leasing457525533Kerja
sama858826752Obligasi222355524
Dari tabel di atas maka dapat diketahui urutan posisi lembaga pembiayaan dari yang paling kuat (berdasarkan analisis nilai karakteristik) yaitu:
- Kerjasama dengan investor (52)
- Bank (39)
- Leasing (33)
- Obligasi (24)
Bila dilihat dari penilaian karakteistik tersebut, maka pola pembiayaan yang paling cocok untuk industri kecil kerajinan tas kulit CV. Kriya Bagia adalah dengan pola kerjasama dengan investor melalui perjanjian investasi.
Industri kecil pun dapat menggunakan fasilitas pinjaman Bank Syariah sebagai alternatif solusi, karena dimungkinkannya hubungan kemitraan antara nasabah dengan pihak bank (berbeda dengan bank konvensional yang bentuknya hubungan antara debitor dan kreditor).